JAKARTA (Batamraya.com) – Bripka Iwan Sarjana, anggota Densus 88 yang selamat dari penyanderaan 40 jam oleh napi teroris di Rutan Salemba Cabang Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok pada Selasa-Kamis tanggal 8-9 Mei 2018 lalu, kini dapat diwawancarai secara eksklusif oleh wartawan Jawa Pos.
Bripka Iwan Sarjana mengisahkan bagaimana dia disiksa di dalam rutan tersebut. Selain kesadisan para tahanan dan napi teroris, Bripka Iwan Sarjana mengisahkan betapa kuatnya Briptu Syukron Fadhli, rekannya yang gugur dalam peristiswa tersebut.
Demi menolak permintaan informasi yang diinginkan napi teroris, dia rela ditembak. Hal itulah yang membuat Iwan kuat menghadapi kondisi tersebut. Ketika itu, Iwan merasa dekat dengan kematian. Saat itu seorang teroris menempelkan mata pisau ke lehernya. ”Pisau itu sudah di leher ini, tapi saya berusaha kuat,” kenangnya.
Semangatnya membara saat mendengar celetukan seorang teroris yang sebenarnya berusaha menakutinya. Iwan tidak bisa melihat wajah teroris tersebut karena matanya ditutup. ”Yang jelas, dia eksekutor yang menewaskan rekan-rekan saya,” ujarnya dengan suara yang bergetar.
Saat itu teroris tersebut mengatakan bahwa satu rekan Iwan berani bukan kepalang. Yakni, Briptu Syukron. ”Tuh, rekanmu sudah mati. Dia saat dikorek informasinya malah bilang, ’Tembak saja saya daripada kelamaan. Saya tidak akan berikan informasi apa pun,’” ucap Iwan, menirukan teroris mengenai ucapan Syukron.
Setelah itu, teroris tersebut langsung menembak Syukron. Benar saja, berdasarkan hasil otopsi, Syukron dieksekusi dalam jarak dekat. Syukron memang meninggal gara-gara tembakan dan Peluru menembus bagian kepala di atas telinga kiri, tembus ke atas telinga kanan.
Bukannya takut, Iwan malah makin berani. Keberanian dan ketabahan Syukron memberikan inspirasi. ”Betapa beraninya rekan saya ini. Saya kagum dengan adik angkatan saya ini,” terangnya.
Iwan mengatakan memang baru mengenal Syukron. Beberapa minggu. Syukron baru saja menempuh pendidikan. ”Dia benar-benar menunjukkan kegagahan seorang polisi,” puji Iwan.
Sikap heroik Syukron ternyata bukan tanpa sumber. Dia dididik kakak kandungnya yang merupakan seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), Serka Lukman Hakim. Dia berdinas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat.
Lukman melatih fisik Syukron. Dia juga menggembleng sang adik untuk memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Saat dihubungi Jumat (11/5), Lukman menuturkan, Syukron memang bercita-cita menjadi polisi sejak lulus SMA. ”Saya sebagai seorang anggota TNI tentu memberikan pembimbingan. Saya latih fisiknya dan mentalnya,” tuturnya.
Syukron berlatih keras hingga akhirnya diterima sebagai anggota Polri pada 2017. ”Dia berupaya sekuat-kuatnya untuk bisa melayani masyarakat dengan menjadi anggota Polri,” tegasnya.
Terkait dengan kepahlawanan Syukron yang memilih gugur ketimbang memberikan informasi kepada teroris, Lukman menuturkan, sebagai keluarga dan anggota TNI, dirinya sangat bangga. ”Semoga ini menjadi baktinya untuk bangsa dan negara. Khususnya untuk Polri. Sehingga bisa lebih waspada,” paparnya.
Bukan hanya itu, Syukron juga merupakan orang yang religius. Paman Syukron, Yayit, menuturkan bahwa keponakannya tersebut sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga SMA belajar menekuni Alquran di tempat pembelajaran Alquran di kampung. ”Rajin ibadah dan mengajari adiknya membaca Alquran,” tutur Yayit.
*Selamat jalan, Syukron….*
Via Jawapos (Ilham Dwi Ridlo Wancoko)