Bibit Radikalisme Sudah Ada di Usia SMP, Ini Cara Efektif Penanganan

oleh

Batamraya.con – Radikalisme menjadi salah satu ancaman bagi generasi muda dengan sebuah ideologi yang bertujuan untuk memecah belah bangsa. Guna mencegah hal tersebut terjadi, nilai-nilai Pancasila yang ada harus dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari yang nyata

Ketua Umum Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Bursah Zarnudi mengatakan, dari survei yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah mulai terlibat bibit-bibit tersebut.

“Di kalangan SMP, bibit ini sudah muncul. Ditemukan juga 39 persen hampir di seluruh kampus negeri terpapar radikalisme dan 35 persen ingin berjihad,” ungkapnya di Aula Sekretariat PGK, Kalibata, Senin (11/6)

Untuk itulah, Bursah menyampaikan perlunya menghidupkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

1. Nilai-nilai Pancasila dihidupkan dalam berbagai aspek kehidupan

Bursah melihat bahwa perkembangan bangsa ini ada berbagai variabel. Hal ini pula yang mungkin memengaruhi secara keseluruhan terhadap tendensi kehiduapn bernegara. “Perlu hadirnya Pancasila yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Bukan hanya teoritis, bukan imajinasi. Tapi hidup di berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, kehidupan politik bahkan kehidupan sosial,” ujarnya.

2. Sistem pendidikan belum mengikuti perkembangan zaman

Bursah juga menyoroti adanya celah terjadinya radikalisme bisa disebabkan karena sistem pendidikan di Indonesia yang belum mengikuti perkembangan zaman. Kampus sebagai “rumah inovasi” serta tempat untuk memperkuat lembaga akademik sehingga pemikiran-pemikiran yang lainnya mati.

“Mungkin kekosongan inilah yang menyebabkan ideologi (radikalisme) tersebut masuk. Karena itu perlu adanya antisipasi agar kematian pada ideologi yang benar tidak mati,” ujarnya.

3. Derasnya arus informasi bagi generasi millennials

Tidak bisa dipungkiri jika generasi millennials dibanjiri oleh derasnya arus informasi karena kemudahakan teknologi. Sehingga banyak dari mereka yang bisa mempelajari berbagai hal secara otodidak.

“Semuanya bisa menjadi platform untuk mendapatkan informasi tanpa adanya guide. Mereka bisa belajar apapun secara otodidak. Bahkan untuk membuat bom dan mempelajari ideologi baru,” jelasnya.

No More Posts Available.

No more pages to load.